Artikel

PGSD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA MENGGELAR KULIAH UMUM DENGAN PEMBICARA DARI FILIPINA

  • Di Publikasikan Pada: 10 Jul 2023
  • Oleh: Admin FKIP FKIP

Di era perkembangan teknologi saat ini yang begitu pesat, manusia hidup dalam dunia global seperti tanpa sekat. Mudahnya akses informasi terhadap dunia luar menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik untuk tetap menjaga dan mengenalkan nilai-nilai warisan budaya pada siswanya. Merespon kondisi tersebut, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) mengadakan Kuliah Umum dengan tema “Integrating Local Wisdom for Culturally Sensitive and Decolonized Elementary Educations: Empowering Learners in Asian Contexts” pada Selasa (13/6).

Guna mendukung pelaksanaan kuliah umum tersebut, Prodi PGSD mengundang pakar pendidikan, Leonardo D. Tejano, MAEd., dari Mariano Marcos State University Laboratory Elementary School Laoag City, Ilocos Norte, Filipina.

Dalam paparannya, Leonardo menyatakan jika dewasa ini sangat dibutuhkan sebuah riset yang mampu untuk mendekolonisasi sistem dan praktik pendidikan, yang di antaranya dapat dilakukan melalui pengembalian identitas budaya, pemberdayaan masyarakat marginal, pemromosian kearifan lokal dan keberlanjutan, serta pemikiran kritis dan kewarganegaraan global. Namun demikian, hal tersebut tidak mudah dilakukan. Butuh upaya ekstra untuk mencapai itu semua. Salah jalan yang dapat dilakukan untuk itu adalah mengintegrasikan sistem pengetahuan lokal dalam pendidikan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui keterlibatan kolaboratif, pengembangan kurikulum, revitalisasi Bahasa, serta pelatihan guru dan pengembangan professional.

Heru Wijayadi, selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dalam sambutannya menyatakan jika tema kuliah umum kali ini sangat penting di tengah era perkembangan teknologi yang begitu pesat. Karena tanpa disertai sikap yang bijak dari para pendidik, nilai-nilai warisan budaya akan luntur di tengah serbuan budaya asing. Untuk itu pendidikan sebagai wadah yang ideal harus mengembangkan riset-riset yang mengintegrasikan kearifan local.

Sementara itu, Ketua Prodi PGSD, Lilik Binti Mirnawati, menegaskan bahwa kuliah umum ini tidak hanya berhenti di transfer of knowledge pada sesi penyampaian materi saja. Namun mahasiswa PGSD yang menjadi peserta kuliah umum juga diberi penugasan untuk menuangkan ide yang bertemakan pengintegrasian kearifan lokal utnuk pendidikan dasar yang peka budaya dan dekolonisasi dalam bentuk book chapter yang merupakan luaran dari kuliah umum.

“Diharapkan dari pelaksanaan kuliah umum ini, luarannya dalam bentuk book chapter yang berisi kumpulan artikel dari mahasiswa PGSD sebagai peserta kuliah umum. Dengan mengikuti kuliah umum ini, kelak mahasiswa PGSD diharapkan dapat menjadi pelopor dalam menjaga dan mengenalkan kearifan lokal (budaya) pada generasi penerus (siswa),” pungkasnya. (FS)